Desaign Web Blog By. Rian Susilo. Diberdayakan oleh Blogger.

Visi PKK : Terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju-mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan

Cegah dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Melalui Pemeriksaan IVA

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia WHO, pada tahun 2014 terdapat lebih dari 92 ribu kasus kematian pada wanita akibat penyakit kanker. Sebesar 10,3 persennya merupakan jumlah kematian akibat kanker serviks (leher rahim). Sedangkan jumlah kasus baru kanker serviks berjumlah hampir 21 ribu. Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker termasuk kanker serviks juga cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 347.000 orang. Dimana kanker tertinggi pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher Rahim.
Tingginya prevalansi kanker di Indonesia tersebut perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini yang dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini, dan didukung dengan mendapatakan penanganan yang cepat dan tepat akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup yang lebih lama. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan melakukan pemeriksaan rutin dan secara berkala sebagai upaya pencegahan dan deteksi kanker.
Penelitian WHO menyingkapkan kurangnya tindakan skrining penyakit kanker di Indonesia. Khususnya untuk skrining kanker serviks yaitu sitologi serviks dan ulasan asam asetat. Ini ikut berpengaruh pada jumlah kematian kanker serviks di Indonesia yang tergolong tinggi karena sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan dalam diagnosis. Biasanya, kanker sudah menyebar ke organ lain di dalam tubuh ketika seseorang memeriksakan kondisinya. Inilah penyebab pengobatan yang dilakukan menjadi semakin sulit.

Mengenal Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim)

Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim wanita. Leher rahim sendiri berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Semua wanita dari berbagai usia berisiko menderita kanker serviks. Tapi, penyakit ini cenderung memengaruhi wanita yang aktif secara seksual.
Pada tahap awal, kanker serviks biasanya tidak memiliki gejala. Gejala kanker serviks yang paling umum adalah pendarahan pada vagina yang terjadi setelah berhubungan seks, di luar masa menstruasi, atau setelah menopause. Meski terjadi pendarahan, belum berarti Anda menderita kanker serviks. Untuk memastikan penyebab kondisi Anda, segera tanyakan kepada dokter. Jika dicurigai terdapat kanker serviks, rujukan menemui dokter spesialis akan diberikan.
Penyebab Kanker Serviks
Hampir seluruh kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV)/virus papiloma pada manusia. Ada beberapa tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker yaitu tipe 16 dan 18 (yang sering dijumpai di Indonesia) serta tipe lain 31, 33, 45 dll. Fakta seputar hubungan infeksi HPV dan kanker serviks:
  1. Hampir 100% infeksi HPV ditularkan melalui hubungan seksual
  2. Penderita infeksi HPV umumnya tidak mengalami keluhan/gejala
  3. Hampir setiap 1 dari 10 orang perempuan (10%) akan mengalami perubahan menjadi lesi prakanker atau displasia pada jaringan epitel leher rahim.
  4. Lesi prakanker dapat terjadi dalam 2-3 tahun setelah infeksi
  5. Apabila lesi tidak diketahui dan tidak diobati, dalam 3-17 tahun dapat berkembang menjadi kanker leher rahim
  6. Sampai saai ini, belum ada pengobatan untuk infeksi HPV
Perempuan Berisiko Tinggi Terkena Kanker Serviks
  1. Perempuan yang melakukan aktifitas seksual sebelum usia 18 tahun
  2. Mereka yang berganti-ganti pasangan seksual
  3. Mereka yang menderita infeksi kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual (IMS)
  4. Berhubungan dengan pria yang sering berganti-ganti pasangan
  5. Ibu atau saudara kandung menderita kanker serviks
  6. Hasil pemeriksaan papsmear atau IVA sebelumnya dinyatakan abnormal
  7. Merokok aktif/pasif
  8. Penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi) seperti terjadi pada penderita HIV/AIDS ataupun pada penggunaan kortikosteroid untuk jangka waktu yang lama.
Cara Mencegah Kanker Serviks
  1. Pencegahan yang utama adalah tidak berperilaku seksual berisiko untuk terinfeksi HPV seperti tidak berganti-ganti pasangan seksual dan tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini (kurang dari 18 tahun).
  2. Selain itu juga menghindari faktor risiko lain yang dapat memicu terjadinya kanker seperti paparan asap rokok, menindaklanjuti hasil pemeriksaan Pap dan IVA dengan hasil positif dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan banyak mengandung Vitamin C, A dan asam folat.
  3. Melakukan skrining atau penapisan untuk menentukan apakah mereka telah terinfeksi HPV atau mengalami lesi prakanker yang harus dilanjutkan dengan pengobatan yang sesuai bila ditemukan lesi.
  4. Melakukan vaksinasi HPV yang saat ini telah dikembangkan untuk memerapa tipe yaitu bivalen (tipe 16 dan 18) atau kuadrivalen (tipe 6, 11, 16, 18). Kendala utama pelaksanaan vaksin saat ini adalah biaya yang masih mahal.
Tes Penapisan Untuk Kanker Serviks
Kanker serviks adalah jenis kanker kedua yang paling sering terjadi pada perempuan di seluruh dunia dan terbanyak di Indonesia, selain itu kanker leher rahim juga merupakan salah satu kanker yang dapat diketahui pada keadaan lesi prakanker. Karena itu, semua perempuan yang telah melakukan hubungan seksual secara aktif, terutama yang telah berusia 30-50 tahun sangat dianjurkan untuk melakukan penapisan minimal 5 tahun sekali bila memungkinkan 3 tahun sekali.
Beberapa jenis tes penapisan untuk mendeteksi dini kanker serviks:
  1. Tes HPV
Menggunakan teknik pemeriksaan molekuler, DNA yang terkait dengan HPV diuji dari sebuah contoh sel yang diambil dari leher rahim atau liang senggama
  1. Tes Pap/Pap Smear
Pemeriksaan sitologis dari apusan sel-sel yang diambil dari leher rahim. Slide diperiksa oleh teknisi sitologi atau dokter ahli patologi untuk melihat perubahan sel yang mengindikasikan terjadinya inflamasi, displasia atau kanker.
  1. Tes IVA
Pemeriksaan inspeksi visual dengan mata telanjang (tanpa pembesaran) seluruh permukaan leher rahim dengan bantuan asam asetat/cuka yang diencerkan. Pemeriksaan dilakukan tidak dalam keadaan hamil maupun sedang haid
  1. Servikografi
Kamera khusus digunakan untuk memfoto leher rahim. Film dicetak dan foto diinterpretasikan oleh petugas terlatih. Pemeriksaan ini terutama digunakan sebagai tambahan dari deteksi dini dengan menggunakan IVA, tetapi dapat juga sebagai metode penapisan primer.
  1. Kolposkopi
Pemeriksaan visual bertenaga tinggi (pembesaran) untuk melihat leher rahim, bagian luar dan kanal bagian dalam leher rahim. Biasanya disertai biopsi jaringan ikat yang tampak abnormal. Terutama digunakan untuk mendiagnosa.

Pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)

Pada saat pemeriksaan, ibu akan diminta berbaring dengan memposisikan tubuh seperti pada saat pemasangan spiral. Petugas kesehatan akan memasang alat spekulum ke dalam liang senggama agar seluruh leher rahim dapat dilihat. Dengan mengoleskan asam asetat (cuka dapur) yang telah diencerkan (3-5%) ke leher rahim, tenaga kesehatan terlatih akan melihat perbedaan antara bagian yang sehat dan yang tidak normal. Asam asetat merubah warna sel-sel abnormal menjadi lebih putih dan lebih menonjol dibandingkan dengan permukaan sel sehat.
Manfaat Penafisan Memakai IVA
Pemeriksaan IVA hampir sama efektifnya dengan pemeriksaan Pap dalam mendeteksi lesi prakanker, dapat dilakukan di fasilitas kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu atau Polindes dan fasilitas lebih murah dan mudah. Hasilnya dapat diketahui pada saat pemeriksaan, sehingga apabila diperlukan pengobatan dapat segera dilakukan atau dirujuk bila perlu.
Dibandingkan dengan penapisan menggunakan tes Pap, yang membutuhkan biaya lebih mahal dan sarana-prasarana (laboratorium) yang biasanya hanya terdapat di kota besar serta tenaga ahli khusus, dan hasil dapat diterima beberapa minggu kemudian. Sehingga ibu yang bersangkutan harus datang kembali untuk mendapatkan hasil dan dilakukan tindakan bila dibutuhkan.
Keadaan tersebut dapat menjadi masalah di daerah dengan sumber daya terbatas dan terpencil, dimana ibu yang telah diperiksa dan tidak segera mengetahui hasilnya kemungkinan tidak kembali ke klinik untuk menerima hasil pemeriksaan sehingga akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengobatan apabila dibutuhkan.
Arti Hasil Tes IVA Positif
Hasil positif menunjukkan adanya lesi prakanker, bila tidak diobati kemungkinan akan menjadi kanker dalam waktu 3-17 tahun yang akan datang.
Tempat Melakukan Tes IVA
  • Bidan/dokter praktek swasta
  • Puskesmas dan jejaringnya
  • Rumah sakit
Pengobatan Bila Hasil IVA (+)
Jika terdapat lesi prakanker, dapat dilakukan pengobatan dengan krioterapi, yaitu perusakan sel-sel prakanker dengan cara dibekukan (dengan membentuk bola es pada permukaan leher rahim). Tindakan ini dapat dilakukan di fasilitas kesehatan dasar seperti Puskesmas oleh dokter umum/spesialis kebidanan terlatih.

Read more...

Dua Alasan Wanita Enggan Tes IVA Guna Deteksi Dini Kanker Serviks

Liputan6.com, Jakarta Deteksi dini kanker serviks sudah bisa lewat tes Inspeksi Visual Asetat (IVA) yang dilakukan oleh bidan. Sayangnya, masih banyak wanita yang enggan melakukannya karena takut sakit dan malu bila organ genitalnya diperiksa.

"Saat pemeriksaan pada organ genital masih banyak wanita yang merasa malu. Ada juga yang takut nanti bakal sakit. Padahal sama sekali enggak sakit," kata Ketua Bidan Pendidikan Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, Dr Indra Supradewi.

Hal ini merupakan tantangan bagi bidan. Menurut Indra, penting bagi bidan agar mampu menjelaskan dengan baik pentingnya melakukan tes IVA.
Bahwa tes IVA merupakan cara mendeteksi dini ada tidaknya kanker bahkan lesi prakanker di serviks wanita. Semakin dini diketahui, semakin baik.

Para bidan pun akan menyampaikan bahwa tindakan tersebut mudah dan tidak sakit serta terjaga privasinya.
"Ketika wanita sudah memiliki kepercayaan terhadap bidan tersebut, biasanya para wanita mau melakukan tes IVA,"

Tes IVA merupakan cara sederhana tapi efektif dalam mendeteksi kanker serviks. Bidan akan mengoleskan cairan asam asetat ke area serviks wanita, lalu melihat ada tidaknya perubahan warna.
Bila warna serviks tetap kemerahan artinya sehat. Bila ada titik-titik putih, tanda ada lesi prakanker atau kanker serviks sehingga perlu dirujuk untuk menjalani pemeriksaan lanjutan.
"Bagi wanita yang sudah aktif secara seksual, paling tidak setiap tahun lakukan tes IVA untuk mendeteksi dini kanker serviks. Semakin dini diketahui, semakin baik," katanya.

Read more...

Papsmear dan IVA, Lebih Akurat Mana Mendeteksi Kanker Serviks?

Jakarta, Kanker serviks sebenarnya dapat disembuhkan jika terdeteksi sedini mungkin. Untuk itu, para wanita disarankan untuk rutin melakukan skrining kanker serviks secara rutin.

Ada dua metode populer yang biasa digunakan untuk mendeteksi kanker serviks. Yaitu PAP Smear dan Inspeksi Visual Asam Asetat atau yang biasa dikenal IVA. Lalu mana yang lebih akurat?

dr Hari Nugroho, SpOG dari RSUD Dr Soetomo Surabaya mengatakan bahwa PAP Smear lebih akurat. Hal ini dikarenakan PAP Smear merupakan pemeriksaan sel, tentunya lebih akurat dari pada IVA.

"PAP smear adalah pemeriksaan sitologi (sel). Bukan hanya sampel dari jaringan," tutur dr Hari ketika dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (18/6/2014).

Akan tetapi dr Hari mengatakan bahwa meski lebih simpel, IVA sengaja di desain untuk daerah dengan SDM dan fasilitas kesehatan yang terbatas. Sehingga tidak membutuhkan dokter spesialis untuk melakukannya.

Tak jauh berbeda dengan dr Hari, Dr dr Laila Nuranna, SpOG(K) spesialis obstetri ginekologi dari RSCM mengatakan bahwa sebenarnya keakuratan PAP Smear dan IVA tidak terlalu berbeda. Hanya saja, IVA tidak memiliki rekaman dan informasi pasien sehingga kondisi pasien tidak dapat dipantau dengan baik.

Ia pun mengamini pernyataan dr Hari yang mengatakan bahwa memang IVA ditujukan untuk daerah yang kekurangan SDM dokter spesialis kandungan. Hal itu menurutnya lebih baik daripada tidak melakukan skrining kanker serviks sama sekali.

"Sekarang sedang dikembangkan DoIVA yaitu IVA dengan adanya dokumentasi. Dokumentasi tersebut berupa foto yang diberikan kepada pasien, fotonya diambil menggunakan alat yang tidak terlalu mahal berupa kamera dan printer," sambung dr Laila yang juga Koordinator Female Cancer Program Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FCP-FKUI) tersebut.

Kendari PAP Smear dan IVA sama-sama digunakan untuk mendeteksi kanker serviks, dr Hari kembali mengingatkan pentingnya untuk melakukan biopsi jika memang hasil tes menunjukkan gejala tak lazim atau abnormal.

"Semua alat diagnosis dengan bentuk skrining pasti ada nilai positif palsu dan negatif asli. Yaitu yang ternyata pap smear negatif tetapi kanker serviks dan pap smear positif tetapi bukan kanker serviks. Karena itu setiap hasil pap smear abnormal selalu di konfirmasi dengan biopsi,"

Read more...

Apa Sih Bedanya Pemeriksaan IVA dengan Pap Smear?

Jumlah angka kematian karena kanker servik (kanker leher rahim) masih tinggi. Di dunia setiap dua menit seorang perempuan meninggal karena kanker servik. Di Indonesia terdapat lebih dari 15.000 kasus kanker servik baru dan kurang lebih 8.000 kematian per tahun.Menurut para ahli kanker, kanker servik adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua kasus kanker.
Kanker servik dapat dikenali pada tahap pra kanker, yaitu dengan cara mencegah dengan imunisasi kanker servik maupun dengan melakukan pemeriksaan skrining, artinya melakukan pemeriksaan tanpa menunggu keluhan. Beberapa metode skrining yang telah dikenal, yaitu  PAP SMEAR dan IVA (Inpeksi Visual dengan Asam Asetat).

Apa itu Pemeriksaan Pap Smear?
Pap smear test adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun - tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan - kelainan yang terjadi pada sel - sel servik. Test ini di temukan pertama kali oleh Dr. George Papanicolou, sehingga dinamakan Pap Smear test. Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel - sel yang diambil dari servik dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat perubahan - perubahan yang terjadi dari sel - sel tersebut. Perubahan sel - sel servik yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker.

Tujuan pemeriksaan Pap Smear adalah untuk mengetahui kelainan sebelum ada keluhan atau gejala. Kanker servik yang masih dini tidak memberikan keluhan, sedangkan kanker servik yang ditemukan dan ditangani sejak dini dapat sembuh 100%. Waktu pelaksanaan Pap Smear, yaitu:
  1. Pap Smear dilakukan sekali setahun bagi wanita yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual.
  2. Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesuai petunjuk Dokter.
  3. Pap Smear dapat dilakukan setiap tahun untuk wanita yang bersuami diatas 35 tahun.
  4. Pap Smear dapat dilakukan setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau alat kelamin.
  5. Pap Smear dapat dilakukan setiap tahun untuk wanita yang memakai alat kontrasepsi hormonal.
  6. Pap Smear dapat dilakukan setiap 2 – 3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3 kali Pap smear berturut-turut menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah menjalani histeroktomi (rahim di angkat) bukan karena kanker.
  7. Pap Smear dapat dilakukan sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prekanker maupun kanker servik .
 
Apa itu Pemeriksaan IVA?
Pemeriksaan IVA (Inpeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah pemeriksaan servik dengan melihat langsung servik setelah memulas servik dengan larutan asam asetat 3 - 5 %. Bila setelah pulasan asam asetat 3 - 5 % ada perubahan warna, yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap pra kanker. Wanita yang dianjurkan untuk tes IVA yaitu usia 30 – 50 tahun.Metode IVA dirancang untuk masyarakat yang jauh dari fasilitas kesehatan.Syarat mengikuti test IVA , antara lain : sudah menikah, tidak sedang datang bulan/haid , tidak sedang hamil, dan 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual.
Kelebihan pemeriksaan IVA:
  1. Mudah, praktis dan sederhana.
  2. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah.
  3. Sensitivitas dan spesifikasi cukup tinggi.
  4. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter Ginekologi saja, akan tetapi dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih. 
  5. Alat-alat yang dibutuhkan dan tehnik pemeriksaan sederhana.
  6. Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.
Hasil pemeriksaan lebih cepat dan singkat karena langsung bisa dilihat pada perubahan warna serviknya. Berbeda dengan Pap smear yang membutuhkan waktu 7-10 hari untuk melihat hasilnya.

Read more...

Deteksi Kangker Serviks dengan IVA Test

Kita mungkin telah mengetahui pengertian inspeksi visual dengan asam asetat atau yang biasa di singkat IVA dari percakapan dengan teman dan sebagainya. Disini kami menuliskan kategori dan cara kerja.

Pengertian IVA

IVA ( Inspeksi Visual Asam asetat ) adalah pemeriksaan leher rahim ( serviks ) dengan cara melihat langsung ( dengan mata telanjang ) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3 sapai dengan 5%.  Dengan cara ini kita dapat mendeteksi kanker rahim sedini mungkin.

Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk untuk mendeteksi kanker leher rahim dan juga skrining alternatife dari pap smear karena biasanya lebih murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi. Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel.

Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan bercak putih (displasia).

Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97%.

Kategori IVA

Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:

  • IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
  • IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
  • IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
  • IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).

Cara Kerja IVA

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan pada proses IVA, diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Sebelum dilakukan pemeriksaan pada pasien, pasien akan mendapatkan penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan pada proses IVA. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
  2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan kaki melebar).
  3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup.
  4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
  5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, digunakan kapas steril basah untuk menyerapnya.
  6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.
  7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
  8. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah transformasi bearti hasilnya negative.

Read more...
Sekretariat
PKK Kecamatan Tirto
Jl. Raya Pacar No 194 Tirto
Kabupaten Pekalongan
Telp. (0285) 420131
E-mail:tppkk_kecamatantirto@yahoo.co.id

  © Blogger template Noblarum by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP