Cegah dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Melalui Pemeriksaan IVA
Berdasarkan data Badan
Kesehatan Dunia WHO, pada tahun 2014 terdapat lebih dari 92 ribu kasus
kematian pada wanita akibat penyakit kanker. Sebesar 10,3 persennya
merupakan jumlah kematian akibat kanker serviks (leher rahim). Sedangkan
jumlah kasus baru kanker serviks berjumlah hampir 21 ribu. Di
Indonesia, prevalensi penyakit kanker termasuk kanker serviks juga cukup
tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau
sekitar 347.000 orang. Dimana kanker tertinggi pada perempuan adalah
kanker payudara dan kanker leher Rahim.
Tingginya prevalansi kanker di Indonesia
tersebut perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini
yang dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)
seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Kasus kanker yang ditemukan pada
stadium dini, dan didukung dengan mendapatakan penanganan yang cepat dan
tepat akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup yang lebih lama.
Oleh karena itu, masyarakat diharapkan melakukan pemeriksaan rutin dan
secara berkala sebagai upaya pencegahan dan deteksi kanker.
Penelitian WHO menyingkapkan kurangnya
tindakan skrining penyakit kanker di Indonesia. Khususnya untuk skrining
kanker serviks yaitu sitologi serviks dan ulasan asam asetat. Ini ikut
berpengaruh pada jumlah kematian kanker serviks di Indonesia yang
tergolong tinggi karena sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan
dalam diagnosis. Biasanya, kanker sudah menyebar ke organ lain di dalam
tubuh ketika seseorang memeriksakan kondisinya. Inilah penyebab
pengobatan yang dilakukan menjadi semakin sulit.
Mengenal Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim)
Kanker serviks adalah kanker yang muncul
pada leher rahim wanita. Leher rahim sendiri berfungsi sebagai pintu
masuk menuju rahim dari vagina. Semua wanita dari berbagai usia berisiko
menderita kanker serviks. Tapi, penyakit ini cenderung memengaruhi
wanita yang aktif secara seksual.
Pada tahap awal, kanker serviks biasanya
tidak memiliki gejala. Gejala kanker serviks yang paling umum adalah
pendarahan pada vagina yang terjadi setelah berhubungan seks, di luar
masa menstruasi, atau setelah menopause. Meski terjadi pendarahan, belum
berarti Anda menderita kanker serviks. Untuk memastikan penyebab
kondisi Anda, segera tanyakan kepada dokter. Jika dicurigai terdapat
kanker serviks, rujukan menemui dokter spesialis akan diberikan.
Penyebab Kanker Serviks
Hampir seluruh kanker serviks disebabkan
oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV)/virus papiloma pada manusia.
Ada beberapa tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker yaitu tipe 16 dan 18
(yang sering dijumpai di Indonesia) serta tipe lain 31, 33, 45 dll.
Fakta seputar hubungan infeksi HPV dan kanker serviks:
- Hampir 100% infeksi HPV ditularkan melalui hubungan seksual
- Penderita infeksi HPV umumnya tidak mengalami keluhan/gejala
- Hampir setiap 1 dari 10 orang perempuan (10%) akan mengalami perubahan menjadi lesi prakanker atau displasia pada jaringan epitel leher rahim.
- Lesi prakanker dapat terjadi dalam 2-3 tahun setelah infeksi
- Apabila lesi tidak diketahui dan tidak diobati, dalam 3-17 tahun dapat berkembang menjadi kanker leher rahim
- Sampai saai ini, belum ada pengobatan untuk infeksi HPV
Perempuan Berisiko Tinggi Terkena Kanker Serviks
- Perempuan yang melakukan aktifitas seksual sebelum usia 18 tahun
- Mereka yang berganti-ganti pasangan seksual
- Mereka yang menderita infeksi kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual (IMS)
- Berhubungan dengan pria yang sering berganti-ganti pasangan
- Ibu atau saudara kandung menderita kanker serviks
- Hasil pemeriksaan papsmear atau IVA sebelumnya dinyatakan abnormal
- Merokok aktif/pasif
- Penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi) seperti terjadi pada penderita HIV/AIDS ataupun pada penggunaan kortikosteroid untuk jangka waktu yang lama.
Cara Mencegah Kanker Serviks
- Pencegahan yang utama adalah tidak berperilaku seksual berisiko untuk terinfeksi HPV seperti tidak berganti-ganti pasangan seksual dan tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini (kurang dari 18 tahun).
- Selain itu juga menghindari faktor risiko lain yang dapat memicu terjadinya kanker seperti paparan asap rokok, menindaklanjuti hasil pemeriksaan Pap dan IVA dengan hasil positif dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan banyak mengandung Vitamin C, A dan asam folat.
- Melakukan skrining atau penapisan untuk menentukan apakah mereka telah terinfeksi HPV atau mengalami lesi prakanker yang harus dilanjutkan dengan pengobatan yang sesuai bila ditemukan lesi.
- Melakukan vaksinasi HPV yang saat ini telah dikembangkan untuk memerapa tipe yaitu bivalen (tipe 16 dan 18) atau kuadrivalen (tipe 6, 11, 16, 18). Kendala utama pelaksanaan vaksin saat ini adalah biaya yang masih mahal.
Tes Penapisan Untuk Kanker Serviks
Kanker serviks adalah jenis kanker kedua
yang paling sering terjadi pada perempuan di seluruh dunia dan
terbanyak di Indonesia, selain itu kanker leher rahim juga merupakan
salah satu kanker yang dapat diketahui pada keadaan lesi prakanker.
Karena itu, semua perempuan yang telah melakukan hubungan seksual secara
aktif, terutama yang telah berusia 30-50 tahun sangat dianjurkan untuk
melakukan penapisan minimal 5 tahun sekali bila memungkinkan 3 tahun
sekali.
Beberapa jenis tes penapisan untuk mendeteksi dini kanker serviks:
- Tes HPV
Menggunakan teknik pemeriksaan
molekuler, DNA yang terkait dengan HPV diuji dari sebuah contoh sel yang
diambil dari leher rahim atau liang senggama
- Tes Pap/Pap Smear
Pemeriksaan sitologis dari apusan
sel-sel yang diambil dari leher rahim. Slide diperiksa oleh teknisi
sitologi atau dokter ahli patologi untuk melihat perubahan sel yang
mengindikasikan terjadinya inflamasi, displasia atau kanker.
- Tes IVA
Pemeriksaan inspeksi visual dengan mata
telanjang (tanpa pembesaran) seluruh permukaan leher rahim dengan
bantuan asam asetat/cuka yang diencerkan. Pemeriksaan dilakukan tidak
dalam keadaan hamil maupun sedang haid
- Servikografi
Kamera khusus digunakan untuk memfoto
leher rahim. Film dicetak dan foto diinterpretasikan oleh petugas
terlatih. Pemeriksaan ini terutama digunakan sebagai tambahan dari
deteksi dini dengan menggunakan IVA, tetapi dapat juga sebagai metode
penapisan primer.
- Kolposkopi
Pemeriksaan visual bertenaga tinggi
(pembesaran) untuk melihat leher rahim, bagian luar dan kanal bagian
dalam leher rahim. Biasanya disertai biopsi jaringan ikat yang tampak
abnormal. Terutama digunakan untuk mendiagnosa.
Pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
Pada saat pemeriksaan, ibu akan diminta
berbaring dengan memposisikan tubuh seperti pada saat pemasangan spiral.
Petugas kesehatan akan memasang alat spekulum ke dalam liang senggama
agar seluruh leher rahim dapat dilihat. Dengan mengoleskan asam asetat
(cuka dapur) yang telah diencerkan (3-5%) ke leher rahim, tenaga
kesehatan terlatih akan melihat perbedaan antara bagian yang sehat dan
yang tidak normal. Asam asetat merubah warna sel-sel abnormal menjadi
lebih putih dan lebih menonjol dibandingkan dengan permukaan sel sehat.
Manfaat Penafisan Memakai IVA
Pemeriksaan IVA hampir sama efektifnya
dengan pemeriksaan Pap dalam mendeteksi lesi prakanker, dapat dilakukan
di fasilitas kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu atau Polindes dan
fasilitas lebih murah dan mudah. Hasilnya dapat diketahui pada saat
pemeriksaan, sehingga apabila diperlukan pengobatan dapat segera
dilakukan atau dirujuk bila perlu.
Dibandingkan dengan penapisan
menggunakan tes Pap, yang membutuhkan biaya lebih mahal dan
sarana-prasarana (laboratorium) yang biasanya hanya terdapat di kota
besar serta tenaga ahli khusus, dan hasil dapat diterima beberapa minggu
kemudian. Sehingga ibu yang bersangkutan harus datang kembali untuk
mendapatkan hasil dan dilakukan tindakan bila dibutuhkan.
Keadaan tersebut dapat menjadi masalah
di daerah dengan sumber daya terbatas dan terpencil, dimana ibu yang
telah diperiksa dan tidak segera mengetahui hasilnya kemungkinan tidak
kembali ke klinik untuk menerima hasil pemeriksaan sehingga akan
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengobatan apabila dibutuhkan.
Arti Hasil Tes IVA Positif
Hasil positif menunjukkan adanya lesi
prakanker, bila tidak diobati kemungkinan akan menjadi kanker dalam
waktu 3-17 tahun yang akan datang.
Tempat Melakukan Tes IVA
- Bidan/dokter praktek swasta
- Puskesmas dan jejaringnya
- Rumah sakit
Pengobatan Bila Hasil IVA (+)
Jika terdapat lesi prakanker, dapat
dilakukan pengobatan dengan krioterapi, yaitu perusakan sel-sel
prakanker dengan cara dibekukan (dengan membentuk bola es pada permukaan
leher rahim). Tindakan ini dapat dilakukan di fasilitas kesehatan dasar
seperti Puskesmas oleh dokter umum/spesialis kebidanan terlatih.
Read more...